Senin, 26 November 2007

UN dan Nurani


sekarang guru guru telah di kabulkan doa-doanya, bukan hanya 3 mata pelajaran yang di jadikan patokan kelulusan, namun enam! ini bukan hanya doa guru-guru saja tetapi doa beberapa orang tua yang kemarin ikut demo menentang UN.
ya, itulah salah satu doa mereka, namun mereka berdoa pada pihak yang salah. mereke berdoa pada penguasa, pada pak mentri, pak presiden, dan pak-pak yang lain.
ini bukan salah mereka, mungkin kita yang salah berdoa atau juga mereka yang overconfidence.
seperti gambar di atas, barangkali sangat tepat karena mereka hanya berani melakukan sesuatu tanpa mengontrol resiko di sekelilingnya.
sekali lagi kita harus terpontang panting oleh kebijakan yang katanya demi kemajuan negeri kita ini. semoga saja apa yang kita dapat dan wajib dilaksanakan ini tidak membuat otak kita kerdil dan mundur teratur, namun semoga apa yang kita dapat dan kita usahakan sekarang dan akan datang selalu menjadi jalan terbaik dan TIDAK BERTENTANGAN DENGAN NURANI.

Minggu, 25 November 2007

otak vs hati



salam alaikum.

di jaman seperti sekarang ini, perkembangan teknologi dan informasi menyebar begitu cepat. kehidupan kita seolah-olah hanya sampah yang hanyut dalam gelombang informasi dan komunikasi. dengan kata lain seolah-olah kita tidak dapat hidup jika lepas dari hal tersebut. ada beberapa konsekuensi logis yang harus kita terima dan rasakan.

konsekuensi positif
perkembangan laju informasi dan teknologi membuat manusia menjadi manusia yang lebih hebat, cekatan dan mampu mengetahui kejadian yang terjadi di belahan bumi manapun. kita seperti manusia canggih yang mau apa dan bagaimana selalu tersedia alat yang membantu, bahkan sampai hal terkecil pun. semua alat alat itu selalu siap dan bersedia untuk membantu segala aktivitas yang kita lakukan. akibatnya pekerjaan yang kita lakukan menjadi lebih cepat dan praktis.

konsekuensi negatif
perkembangan teknologi secara moral telah mempengaruhi kita bahwa manusia adalh manusia yang rasional dan empiris. semua diukur berdasarkan kekuatan otak. nurani yang selama ini kita gunakan sebagai bahan pertimbangan, hanya menjadi jargon dan sampah di otak kita. lambat laun manusia menjadi makhluk yang sadis dan tak bermoral.

sebenernya masih panjang konsekuensi logis dari arus tersebut, namun dari pangkal berpikir inilah, mari kita mulai berpikir ulang dan bergeliat dari tidur panjangnya hati kita. siswa yang kita didik selama ini, saya yakin hanya berproses pada tindakan akademis yang hanya mampu mengantarkan siswa menjadi cerdas pikirannya. sentuhan akhir yang sangat penting, yaitu untuk menjadikan siswa menjadi bermoral keIndonesiaan hanya menjadi slogan yang bisa diingat dan tidak pernah terlaksanakan.

mari kita lihat berapa siswa kita yang menawarkan untuk menghapus kala bapak/ibu guru sedang menghapus papan tulis?
meri kita lihat masih adakah anak didik yang menyapa dengan sopan guru-guru yang berpapasan dengan mereka ?
mari kita lihat masih adakah siswa yang membantu membawakan tas dan barang bawaan lain guru dari kantor ke kelas?

kalaupun ada, itu jumlahnya sangat sedikit, dan yang sedikit itu pun harus di suruh.

ingat, kepandaian seseorang tidak pernah di hargai pada level masyarakat umum jika tanpa di barengi dengan moral value. secantik atau sganteng atau sepandai apapun anak didik kita, jika berpapasan dengan orang yang lebih tua tidak memperlihatkan unggah-ungguh, maka tidak ada artinya di tingkat masyarakat.

pejabat yang sekarang ini terkena kasus korupsi kolusi atau nepotisme, pastilah tidak pernah kurang dari segi akademik, apa kekurangannya?
itulah yang nantinya menjadi renungan kita bersama untuk menghilangkannya pada generasi selanjutnya.